Kalimat Tanya (Surat)

Hai kamu.

 Iya kamu, yang sudah membolak-balikkan perasaanku.

Apakah kamu tahu, bagaimana kerasnya aku menghadapi hatiku sendiri? Bagaimana rasanya ketika jiwa dan raga ini sedang beraktivitas seperti biasanya, tiba-tiba, sekelebat memori tentangmu datang tanpa ku minta?

Waktu? Hah, jangan tanyakan itu semua. Waktuku selalu habis percuma hanya karena satu hal, yaitu memikirkanmu. Aku sendiri selalu bertanya-tanya, mengapa bisa aku jatuh hati terhadap orang sepertimu? Rasanya aku hampir gila memikirkan ini semua sendirian, dan tanpa ada jawaban yang pasti sama sekali.

Kamu, mengapa selalu bisa meluluhkan hatiku kembali padahal aku tak ingin?

Mengapa kamu selalu muncul lagi-lagi ketika aku sedang berusaha keras untuk menjauhimu?

Apakah kamu tahu, aku lelah. Lelah denganmu, dan juga lelah bermain-main dengan perasaanku sendiri.

Perasaan yang seperti… hati yang sulit untuk pergi begitu saja ke arah yang berlawanan. Hati ini akan terus selalu, selalu dan selalu mengikuti ke arahmu. Karena hati ini tau, bahwa aku masih mencintaimu.

Ya, memang seperti itu. Dan itu semua terjadi karena satu orang, yaitu kamu.

Apa jangan-jangan, kamu lupa?

Sewaktu kamu memilih untuk mengakhiri hubungan ini, apakah kamu meminta persetujuan dariku? Jawabannya adalah TIDAK. Tidak samasekali. Namun, keegooisanmu mengalahakan segalanya. Dan detik itu juga… ya, kamu meninggalkanku. Meninggalkanku yang segitu sayang, cinta, dan tulus kepadamu.

Begitu juga yang kedua kalinya. Hal ini terulang. Kamu tiba-tiba kembali lagi dan mencoba merayuku dengan segala cara. Namun bodohnya aku, yang lagi-lagi tertipu olehmu. Aku masih luluh, karena perasaanku padamu… samasekali belum hilang. Dan seiring berjalannya waktu, kita bersama lagi. Berbagi cerita indah bersama.

Bersama, lalu berpisah lagi.

Lagi?

Sepihak. Ya, sepihak. Dan lagi-lagi, kamu yang mengakhiri.

Aku lelah. Sudah lelah dengan sikapmu yang begitu egois. Mempermainkanku, dan juga membolak-balikkan perasaanku. Kamu fikir aku apa? Kamu jadikan aku apa? Sebuah fantasi?

Terus saja, kalimat tanya ini tertuliskan. Dan tanpa jawaban sama sekali. Karena apa? Karena kamu yang meninggalkanku, tanpa kejelasan. Tanpa kejelasan, seperti kalimat tanya yang tak kunjung berhenti dan tanpa ada jawaban yang pasti.


Lucu rasanya, ketika kita berpisah untuk yang kedua kalinya, ternyata kamu masih belum lelah juga mempermainkanku. Kali ini kamu datang lagi, untuk yang ketiga kalinya.


Ke tiga kalinya.




So, biarkan giliranku untuk berbicara padamu satu hal.


“Jika kamu sedang mencari wanita yang baik-baik, maka carilah. Cari sepuasnya yang kamu mau. Namun, janganlah mencari wanita yang sama. Karena sekalipun wanita itu menurutmu sangat baik, apakah ia akan masih terlihat baik padamu jika kamu sudah mempermainkannya berulang kali?”



Renungkan, dan simpulkan.


Maka kamu akan menemukan jawabannya.








                                                                                  Nadya

Komentar